get app
inews
Aa Text
Read Next : 3 Kurir Narkoba Asal Aceh Dituntut Hukuman Mati di Pengadilan Negeri Medan

Jadi Kurir Proklamasi Kemerdekaan 1945, Remaja Ini Bertaruh Nyawa

Senin, 07 Februari 2022 - 16:45:00 WITA
Jadi Kurir Proklamasi Kemerdekaan 1945, Remaja Ini Bertaruh Nyawa
Foto kenang-kenangan yang diambil di Langsa, Aceh tahun 1945.( Foto: Repro/SINDOnews/Solichan Arif)

Sementara oleh dua orang penjemputnya, Gatot dan Umar diantar ke Jalan Bonang. Di sebuah rumah bagus milik BR. Motik, yakni kakak Johan salah seorang pengurus Gerakan Angkatan Muda Indonesia (GAMI). 

Gatot dan Umar menginap sambil menunggu perintah selanjutnya. Esok harinya, oleh aktivis GAMI, keduanya dibawa ke Sawah Besar. Di sebuah rumah yang sudah disiapkan, Gatot dan Umar dipertemukan dengan kurir kemerdekaan dari daerah lain.

Suroso Prawirodirdjo dari Madiun. Pemuda Suroso merupakan pegawai jawatan kereta api yang juga aktif di organisasi Angkatan Muda Kereta Api. Dari Madiun Suroso ditemani Bonggar, pegawai jawatan kereta api kelahiran Sumatera Utara.

Gatot dan Umar yang berusia paling belia juga diperkenalkan dengan pemuda Indratno, kurir kemerdekaan asal Yogyakarta, Supardi dari Banyumas, Cik Somad asal Palembang, Syamsudin dari Bengkulu, Anwar serta Azwar dan Rivai (keduanya kakak adik) dari Minangkabau, dan Hamid dari Tapanuli.

Di Jakarta yang situasinya mencekam, mereka menginap selama dua minggu. Briefing dan arahan mereka terima. Hingga tiba saatnya melanjutkan jalan. Dari Sawah Besar mereka bersama-sama menuju Pasar Ikan untuk menaiki kapal. Tim kurir kemerdekaan dibagi. Umar dan Cik Somad ke Lampung. Syamsudin dan Supardi ke Bengkulu. Azwar, Rifai dan Anwar ke Sumatra Barat. Suroso dan Bonggar ke Sumatra Utara serta Gatot dan Hamid ke Tapanuli.

Perjalanan sempat terjeda lima hari, karena mesin kapal mendadak rusak dan harus dibenahi. Masih di perairan Tangerang, kapal kayu itu kembali mogok. Dibantu nelayan yang melintas, rombongan dievakuasi ke darat. Mereka memutuskan mendatangi markas Akademi Militer Tangerang. Gatot Cs sempat bertemu tokoh militer Daan Mogot dan Kemal Idris.

Setelah istirahat semalaman, rombongan diantar menuju Serang. Di atas geladak kapal BKR (Badan Keamanan Rakyat) Laut, yakni cikal bakal TRI dan TNI, rombongan menyeberang ke Sumatera . Untuk menghindari patroli Belanda di selat Sunda, penyeberangan melalui Anyer dilakukan pagi-pagi buta. Empat jam terapung di atas air. Penumpang yang belum terbiasa mulai terserang mabuk laut. Menguras isi perut untuk diberikan kepada ikan-ikan. Suroso, salah satunya.

Rombongan akhirnya sampai di Ketapang yang dilanjut dengan menempuh jalan darat. Semuanya berjalan kaki hingga tiba di Kalianda, Lampung. Sebuah truk jemputan menunggu. Satu-persatu naik, dan langsung diangkut menuju Tanjungkarang. Tiba di kediaman Residen Lampung Mr Harahap, semua diminta turun. Rombongan melihat Hayat Harahap, tokoh GAMI yang mereka temui di Jakarta, sudah ada di lokasi.

Semua merasa lega karena ternyata tidak tersesat. Rasa penat dilepas. Dua malam mereka menginap sekaligus bisa beristirahat. Tepat hari ketiga, semua berkemas, karena perjalanan kembali dilanjutkan. Dengan bekal beras dan uang ala kadar, tugas sebagai kurir kemerdekaan, dimulai.

"Yang ditugaskan ke Bengkulu dan Palembang, naik dalam satu bus jurusan Palembang. Sedangkan yang bertugas ke Sumatera Barat, Tapanuli dan Sumatera Utara, dalam satu bus pula," tulis Gatot dalam "Kurir-kurir Kemerdekaan , Kisah Nyata Para Pemuda Pembawa Berita Proklamasi 1945".

Editor: Nani Suherni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut