get app
inews
Aa Text
Read Next : 16 Nama Pahlawan Wanita Indonesia dan Asal Daerahnya, Nomor 9 Pendiri PIKAT

15 Pahlawan Wanita Indonesia, Nomor 4 Gugur di Usia 17 Tahun Lanjutkan Perjuangan Ayah

Selasa, 09 Agustus 2022 - 17:00:00 WITA
15 Pahlawan Wanita Indonesia, Nomor 4 Gugur di Usia 17 Tahun Lanjutkan Perjuangan Ayah
Pahlawan Wanita Indonesia, Laksamana Malahayati (Foto: Pemkab Aceh Besar).

5. Cut Nyak Dhien 

Pahlawan Wanita Nasional dari Aceh, Cut Nyak Dhien (Foto: Dok Kemsos.go.id)
Pahlawan Wanita Nasional dari Aceh, Cut Nyak Dhien (Foto: Dok Kemsos.go.id)

Salah satu pahlawan wanita Indonesia dari Aceh yang terkenal yakni Cut Nyak Dhien. Dia lahir pada tahun 1848 di kampung Lampadang, Aceh Besar. Sebagai seorang dari keturunan bangsawan, Cut Nyak Dhien mempunyai sifat kepahlawanan yang diturunkan dari sang ayah yang juga berjuang dalam perang Aceh melawan kolonial Belanda. 

Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang uleebalang VI Mukim. Dia merupakan keturunan Datuk Makhudum Sati, seorang perantau dari Minangkabau. Cut Nyak Dhien dikenal sebagai pejuang yang tangguh dan mampu menghidupkan semangat teman seperjuangan dan pengikutnya. 

Hingga menginjak usia senja, Cut Nyak Dhien dan pengikutnya terus bergerilya serta menolak untuk menyerah. Pada 7 November 1905, Cut Nyak Dhien ditangkap oleh Pang Laot yang telah membuat perjanjian dengan Belanda. Setelah ditangkap dia kemudian diasingkan ke Sumedang. 

Cut Nyak Dhien meninggal pada 6 November 1908 di tempat pengasingannya. Cut Nyak Dhien secara resmi dinobatkan sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 106/TK/1964 tanggal 2 Mei 1964. 

6. Cut Nyak Meutia

Cut Nyak Meutia atau yang dikenal dengan Cut Meutia lahir di Keureuto, Aceh Utara, pada 15 Februari 1870. Ayahnya bernama Teuku Ben Daud Pirak dan ibunya bernama Cut Jah. Cut Meutia merupakan anak perempuan satu-satunya dari lima bersaudara. Saat memasuki usia dewasa Cut Meutia dinikahkan dengan Teuku Syamsarif. 

Namun, pernikahan tersebut tak bertahan lama. Cut Meutia akhirnya membangun rumah tangga bersama Teuku Chik Tunong. Keduanya berjuang bersama menjalankan siasat perang gerilya dan spionase yang diawali pada tahun 1901.  

Setelah Cik Tunong dijatuhkan hukuman tembak mati oleh Belanda, Cut Meutia tetap melanjutkan perjuangan bersama Pang Nanggroe hingga 25 September 1910. Setelah wafatnya Pang Nanggroe pun, Cut Meutia tetap melakukan perlawanan bersenjata. 

Cut Meutia akhirnya gugur di medan perang pada 24 Oktober 1910 ketika berusia 40 tahun. Cut Meutia kemudian ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tanggal 2 Mei 1964.

7. Rangkayo Rasuna Said 

Pahlawan wanita Indonesia berikutnya adalah Rangkayo Rasuna Said. Berdasarkan buku 7 Tokoh Nasional Sumatera Barat di Bidang Pendidikan dan Pers, Rasuna Said lahir di Desa Panyinggahan Maninjau, Agam, Sumatera Barat pada tanggal 14 September 1910. Dia merupakan putri dari seorang aktivis pergerakan dan pengusaha di Sumatera Barat. Sebagai anak dari keluarga terpandang, Rasuna Said mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan dengan baik. 

Berbekal pendidikan yang dimilikinya, Rasuna Said tergerak untuk berjuang dalam bidang pendidikan. Dia pernah menjadi pengajar di Sekolah Diniah Putri dan turut memberikan pendidikan politik kepada murid-muridnya. Tak hanya itu, Rasuna juga membuka Kursus Pemberantasan Buta Huruf dengan nama, Sekolah Menyesal. 

Setelah itu, Rasuna Said membuka Sekolah Thawalib di Padang, mengajar di Sekolah Thawalib Puteri, dan menjadi pemimpin di Kursus Putri dan Kursus Normal di Bukittinggi. Perjuangan lainnya yang dilakukan Rasuna yakni di bidang politik. Dia pernah tergabung dalam organisasi Sarekat Rakyat dan Persatuan Muslimin Indonesia.

Keberaniannya dalam berpendapat melalui sebuah pidato, membuatnya pernah merasakan kehidupan di penjara selama satu tahun dua bulan di Semarang. Keikutsertaannya dalam organisasi juga masih berlanjut hingga masa penjajahan Jepang. Bahkan, setelah Indonesia merdeka, Rasuna turut aktif di parlemen sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Pertimbangan Agung (DPA).

Editor: Nani Suherni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut