Angka pernikahan dini pada 2020 dengan gerakan sosialisasi yang intensif kembali bisa turun yakni 16,24 persen dan pada tahun 2021 kembali turun di angka 15,30 persen.
"Kami harap dengan gerakan yang sudah dilakukan besar-besar termasuk penanganan stunting hasil pendataan pada 2022 bisa makin turun. Di tahun 2023 ini dengan dibantu para ulama dan tokoh masyarakat makin bisa turun lagi," ujar Adi.
Pihaknya mencatat tiga daerah teratas yang mencatat angka perkawinan dini pada 2021 yakni Kabupaten Kotabaru, Tapin dan Tanah Laut. Sementara tiga daerah terendah, yakni Kota Banjarmasin, Banjarbaru dan Kabupaten Tabalong.
"Ini penting jadi perhatian kita bersama, karena kasus stunting juga tinggi di provinsi kita," ucapnya.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait