Senjata Sakti Suku Dayak yang Mematikan selain Mandau

Bagi suku dayak, manyipet atau menyumpit merupakan kebanggaan karena dulu para lelaki bisa mendapatkan lauk bagi keluarga dari berburu hewan di hutan. Pria dewasa suku Dayak zaman dulu, harus bisa menyumpit dengan tepat. Kepiawaian tersebut dijadikan penanda, seorang pria telat melewati fase remaja. Saat ini manyipet masih dilakukan, tetapi hanya untuk sambilan ketika pergi ke ladang.
Dalam buku Sumpitan Koleksi Museum Kalteng menyebutkan asal muasal senjata ini beberapa versi. Antara lain seorang pandai besi mendapati bambu (puputan) yang dipakai meniup api tersumbat. Dia kemudian meniupnya sekuat tenaga sehingga sumbatannya terlempar keluar.
Ada juga kisah peniup seruling (serunai) yang lubangnya tersumbat dan kemudian dia meniupnya. Ada yang menuturkan sumpit hasil kreasi pemburu saat melihat buaya menyemprotkan air ke monyet. Dari mana pun asal dan bagaimana muasal penggunaannya, sumpit sudah sangat lama menjadi senjata Dayak.
Menurut budayawan Dayak, Syaer Sua U Rangka, sumpit punya nilai kearifan lokal. Itu tercermin saat pembuatan sumpit itu. Dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran untuk mengebor (membuat lubang berdiameter sekitar 1 sentimeter) di dalam batang kayu ulin yang keras itu selama berbulan-bulan.
”Berpikir harus lurus,” kata Syaer Sua U Rangka.
Untuk melestarikan kebudayaan leluhurnya itu, pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah kerap menggelar lomba menyimpet atau menyumpit. Lomba ini menjadi agenda tahunan pemerintah setempat.
Editor: Nani Suherni