Tradisi Unik Pengantin Banjar, Digendong ke Pelaminan Kaki Dilarang Injak Tanah
BANJAR, iNews.id - Tradisi unik pengantin Banjar digendong sebelum ke pelaminan terus dilestarikan. Tradisi dengan nama Bausing itu rupanya tidak sembarangan dilakukan orang.
Dilansir dari portal resmi Pemprov Kalimantan Selatan (Kalsel) dijelaskan, Bausung diambil dari kata usung yang artinya gendong. Sehingga disebut pengantin sebelum di pelaminan dilakukan adat bausung.
Orang yang menggendong pengantin pun bukan orang sembaranga, meeka merupakan penari. Tradisi ini pastikan disaksikan oleh para tamu dan undangan yang hadir menuju pelaminan.
Disebutkan jika dahulu kala, tradisi unik ini hanya digelar oleh beberapa golongansuku TradBanjar. Biasanya mereka merupakan orang dengan ekonomi kelas atas.
Namun sesuai perkembangan zaman, perkembangannya, tradisi bausung sudah menjadi acara melekat pada kegiatan pernikahan di suku Banjar. Tradisi ini masih banyak ditemui di Kabupaten Tapin, Rantau.
Dalam jurnal mahasiswa Universitas Riau, Riska Rahmah dengan judul "Tradisi Bausung Pengantin Pada Banjar Kandangan" dijelaskan soal sejarah acara tersebut. Disebutkan, dulu ada sebuah kerajaan dengan seorang Prabu bernama Judistira.
Sang Prabu memiliki anak gadis bernama Dewi Sudiya. Rupanya, Dewi Sudiya dilamar sepupunya bernama Abimayu, anak dari Raden Arjuna.
Agar Dewi Sudiya tidak terkena sakit tidak jelas atau biasa disebut Kapingitan dalam suku Banjar, maka Prabu Judistira menggelar pesta besar. Bahkan ada sejumlah syarat yang harus disepakati.
Pertama, tempat tinggal Dewi Sudiya harus diubah menjadi Balai Pengantin Griya Rana. Kemudian saat hari pernikahan harus membunyikan gong kerajaan.
Selanjunya, sebelum pengantin duduk di pelaminan, mereka harus diarak dari keluar pintu rumah dengan cara
diusung dan diiringi gamelan kerajaan. Pengantin ini tidak diperbolehkan menginjakkan tanah maka dari itu keduanya harus digendong.
Dari situlah tradisi unik pengantin Banjar bausung yang kini masih bisa dilestarikan.
Editor: Nani Suherni