Tragedi Berdarah 49 Tahun Silam, 26 Orang Israel Tewas Ditembak Pria Jepang
YERUSALEM, iNews.id - Tiga warga Jepang secara brutal menembaki pengunjung Bandara Ben Gurion, Israel. Tragedi berdarah 49 tahun silam itu pun menewaskan 26 orang.
Ketiga orang yang berasal dari Tentara Merah Jepang itu beraksi bekerja sama dengan Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP), seperti dilaporkan kembali Jerusalem Post.
Dalam sejarah tercatat peristiwa itu terjadi pada 30 Mei 1972. Sebagian besar korban berasal dari Puerto Riko.
Aksi mereka tergolong dingin, mengenakan pakaian perlente turun dari pesawat di Bandara Lod lalu mengambil senapan mesin dan granat dari bagasi dan melepaskan tembakan secara membabi buta ke seluruh penjuru bandara.
Dua pelaku tewas dalam insiden itu sementara seorang lainnya, Kozo Okamoto, ditahan. Okamoto mengaku bersalah demi menghindari hukuman mati sehingga diganti menjadi penjara seumur hidup.
Namun 13 tahun kemudian, dia dibebaskan melalui pertukaran tahanan dengan pejuang Palestina dalam kesepakatan yang dikenal dengan Perjanjian Jibril.
Dia kemudian pindah ke Lebanon dan diberi status pengungsi karena berpartisipasi dalam operasi melawan Israel.
Okamoto yang kini berusia 73 tahun dilaporkan masih tinggal di Lebanon, meski dia tetap dicari pemerintah Jepang.
Dalam wawancara dengan surat kabar Jepang Mainichi Shimbun pada 2017, Okamoto mengaku bersimpati kepada para korban penembakan, namun menegaskan aksinya bukan terorisme. Apa yang dilakukannya itu merupakan perjuangan bersenjata bersama-sama membela Palestina bersama dengan PFLP.
Dalam wawancara yang sama, pemimpin cabang PFLP Lebanon, Marwan Abdelal, menyebut Okamoto sebagai 'samurai terakhir'.
Abdelal bersumpah bahwa organisasinya akan terus melindungi Okamoto selama berada di Lebanon.
Insiden itu sangat mengejutkan bagi Israel, Jepang, dan tentunya Puerto Riko. Sejak 2006, Puerto Riko merayakan Hari Pembantaian Bandara Lod setiap 30 Mei.
Korban tewas terdiri dari 17 peziarah Kristen asal Puerto Riko, seorang warga Kanada, serta delapan orang Israel, termasuk kepala Akademi Sains Nasional Israel Aharon Katzir, saudara dari Ephraim Katzir, yang setahun kemudian menjadi presiden Israel.
Editor: Nani Suherni