Tradisi Maantar Patalian, Perkawinan Adat Banjar yang Wajib Diketahui Calon Mempelai Pria
BANJAR, iNews.id - Tradisi Maantar Patalian merupakan perkawinan adat Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel). Pada perkawinan adat Banjar penghormatan terhadap posisi perempuan sangatlah besar.
Dalam sistem perkawinan adat Banjar setelahnya melalui proses lamaran atau disebut Badatang, jika lamaran telah diterima maka pembahasan selanjutnya membahas jumlah jujuran (mas kawin). Nilai yang diinginkan oleh keluarga calon istri dan disetujui oleh keluarga calon suami.
Dalam buku karya Gusti Mahfudz, "Pola Perkawinan Adat Banjar Di Kalimantan Selatan" disebutkan. pertemuan ini sekaligus membahas tentang waktu maantar jujuran, pernikahan dan upacara pernikahan.
Dalam pernikahan tradisional Banjar, penghargaan terhadap posisi perempuan sangat besar. Hal ini ditunjukkan oleh acara demi acara yang banyak berpusat di rumah calon pengantin perempuan.
Jurnal yang ditulis mahasiswa Arie Sulistyoko dan Anwar Hafidzi Fakultas Syariah UIN Antasari Banjarmasin "Tradisi Maantar Patalian Pada Perkawinan Masyarakat Adat Banjar Kalimantan Selatan" (Telaah Antropologis Dan Sosiologis) bahkan menyebutkan Baantar jujuran dalam adat Banjar.
Adat itu menandai hadiah, tanda telah menerima salam, di mana maantar jujuran tidak hanya total uang yang diberikan. Kemudian persediaan barang-barang penting untuk pengantin diberikan oleh mempelai laki-laki.
Tradisi Maantar menjadi sorotan masyarakat karena upacara ini hanya dihadiri oleh keluarga besar, saudara dan tetangga. Ketika menyerahkan uang jujur (mas kawin), ada modifikasi di tempat uang jujur.
Ini dengan demikian telah menggeser makna wadah uang kejujuran. Awalnya menurut adat, uang jujur yang diberikan oleh calon pengantin pria kepada calon pengantin, dimasukkan ke dalam keranjang yang biasanya digunakan untuk mencuci beras.
Jika jumlah uang sesuai dengan kesepakatan awal, maka uang itu dimasukkan kembali ke keranjang dan diserahkan kepada orang tua pengantin perempuan. Koleksi dan uang kejujuran harus disimpan dalam toples selama tiga hari tiga malam.
Selain memasukkan uang jujur ke keranjang, ada juga yang memasukkannya ke dalam buah kelapa yang isinya sudah dibuang. Kelapa yang berisi uang kejujuran ditempatkan di panginangan (mangkuk).
Dalam lilin yang diisi dengan kelapa, uang itu dinyalakan dengan lilin, kemudian dibawa oleh beberapa orang, terutama ibu dan anak perempuan (diarak) ke rumah pengantin perempuan, untuk diserahkan sebagai mahar.
Editor: Nani Suherni