Ngeri, Ratusan Siswa SD di Bima Belajar dengan Atap Nyaris Ambruk

BIMA, iNews.id - Ratusan siswa SDN Inpres Teke, Kecamatan Palibelo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) harus bersekolah dengan rasa waswas. Pasalnya, atap sekolah mereka yang terbuka nyaris ambruk.
Terdapat beberapa atap sekolah yang rutin dipakai telah lama bocor hingga nyaris ambruk. Jika tidak segera diperbaiki, maka akan membahayakan para siswa maupun siswi yang sedang mengikuti pelajaran.
Menurut Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Sekolah, Muhammad Tayeb mengatakan, bahwa sekolah tersebut diperkirakan telah lama mengalami kerusakan. Bahkan dirinya yang baru mengabdi awal Januari 2022 di sekolah tersebut, kaget melihat kondisi SDN yang telah rusak demikian.
Meski telah lama mengalami kerusakan, terkesan pihak Pemerintah Daerah maupun Dinas Pendidikan terkesan menutup mata dengan keadaan sekolah yang seperti itu.
"Jumlah siswa di SDN Inpres Teke sebanyak 111 orang. Dari 6 ruangan, 2 ruang kelas diantaranya mengalami kerusakan yang cukup parah," kata Tayeb, dikutip dari iNewsBima, Rabu (30/3/2022).
Tak hanya atap ruangan kelas yang ambruk, lanjutnya, kerusakan juga terdapat pada atap pada emperen sekolah, sehingga dapat mengganggu aktivitas proses kegiatan belajar mengajar para siswa dan guru.
"Di saat musim hujan, ruangan tersebut tetap kita pakai. Hanya saja para siswa kita geser ke sudut yang aman agar tidak mengenai air hujan," ucapnya.
Diakuinya, jika segera tidak diperbaiki jelas akan memiliki risiko tinggi bagi keselamatan para siswa serta guru. Agar terhindar dari risiko tersebut, pihak sekolah pun telah mengirim data kerusakan sekolah melalui sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik) agar dapat segera diperhatikan oleh Pemerintah.
"Pada bulan Februari 2022 lalu, pernah ada konsultan yang turun mengecek kondisi sekolah. Setelah itu, saya pun dipanggil oleh Sekretaris Dinas Dikbudpora Kabupaten Bima dan menyarankan agar bersabar hingga menunggu anggaran perbaikan pada tahun 2023 mendatang. Namun belum ada kepastian kapan akan diperbaikinya," katanya.
Editor: Nani Suherni