Melihat Tradisi Tolak Bala Arba Mustamir di Pandahan Tanah Laut, Warga Jalan Kaki Keliling Desa
TANAH LAUT, iNews.id - Warga Desa Pandahan, Kabupaten Tanah Laut (Tala), Kecamatan Bati-bati, Kalimantan Selatan (Kalsel), menggelar ritual tolak bala pada Selasa (12/09/2023) malam. Dalam ritual, warga jalan kaki mengelilingi desa untuk menghindarkan lingkungan dari segala marabahaya, musibah, dan bencana.
Ritual ini biasanya digelar setiap tahun pada Rabu terakhir bulan Safar atau dikenal dengan Arba Mustamir. Sebelum ritual keliling kampung, warga Desa Pandahan lebih dulu menggelar salat Magrib dan Isya berjamaah.
Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan doa sementara para remaja atau relawan menyiapkan gerobak yang berisi generator set (genset) untuk penerangan selama melakukan ritual jalan kaki keliling kampung.
Warga yang ikut ritual itu berkumpul di halaman Masjid Jami Darul Muhsinin, Desa Pandahan. Salah satu peserta membawa kitab antara lain kumpulan hadis Bukhari Muslim atau kitab yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.
Sambil berjalan berkeliling jalan-jalan pelosok desa para peserta ritual melantunkan selawat Burdah. Setelah berjalan sekitar 5 kilometer rombongan kembali ke Masjid Jami Darul Muhsinin. Acara ditutup dengan pembacaan doa.
Kepala Desa Pandahan Alfian Taurus mengatakan, ritual tolak bala di Desa Pandahan ini sudah menjadi tradisi turun-temurun dan lebih dari 70 tahun. "Untuk menggelar acara ini, biasanya relawan berkeliling kampung mengumpulkan sumbangan warga setempat," kata Kades Pandahan.
Sementara itu, Guru Hasnan, pengurus Masjid Jami Darul Muhsinin mengatakan, ritual tolak bala ini sudah dilaksanakan para sesepuh Desa Pandahan puluhan tahun lalu. "Ritual tolak bala ini digelar dengan harapan menjauhkan kampung dari marabahaya," kata Guru Hasnan.
Ritual tolak bala pada malam Arba Mustamir yang dilakukan warga Desa Pandahan ini mirip dengan Rebo Wekasan yang dilaksanakan masyarakat di Pulau Jawa. Sama halnya dengan selamatan atau kenduri yang dilakukan sebagian warga Jawa Barat atau kenduren menurut warga Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Editor: Agus Warsudi