TANAH LAUT, iNews.id - Puluhan kapal nelayan di Desa Swarangan, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), kesulitan untuk melaut. Kondisi ini disebabkan oleh pendangkalan muara Sungai Swarangan semakin parah.
Akibat pendangkalan di Muara Sungai Swarangan atau dikenal juga Muara Jorong itu, kapal nelayan harus menunggu air laut pasang. Jika tidak, kapal nelayan akan kandas, terutama yang memiliki bobot di atas 10 gross ton (GT).
Muara Swarangan atau Jorong berhadapan langsung dengan perairan Laut Jawa, sehingga kalau gelombang laut besar mengarah ke pantai akan meninggalkan tumpukan pasir, sehingga terbentuk delta di muara sungai.
Munculnya delta-delta atau gundukan pasir di muara sungai inilah yang menbuat aktivitas nelayan terganggu. Kecuali air laut pasang, nelayan baru dapat beraktivitas. Itu pun harus hati-hati menghindari gundukan pasir yang tertutup air laut.
Fenomena munculnya delta atau gosong baru di muara sungai ini, menurut warga, terjadi hampir setiap kemarau panjang, karena tidak ada lagi air deras dari hulu sungai yang dapat menangkal pasar.
Hadi, nelayan Desa Swarangan mengatakan, benar saat ini terjadi pendangkalan di muara sungai. Sebelumnya, walaupun air surut, nelayan masih mudah untuk pergi ke laut atau sebaliknya.
“Kalau air surut, sudah pasti kapal kami tidak dapat melewati gosong pasir yang ada di muara sungai, jadi harus menunggu sampai air laut pasang,” kata Hadi saat dikonfirmasi, Sabtu (14/10/2023).
“Banyak nelayan yang ingin melaut pagi ini, tapi terpaksa mengurungkan niatnya, karena munculnya gosong di alur sungai yang biasa dilalui,” terang Hadi sambil menjelaskan ia sendiri gagal mengantar pemancing yang ingin ke laut.
“Saya baru saja batal mengantar pemancing ke laut, karena kapal saya tidak dapat ke luar,” kata nelayan yang sekaligus menjual jasa mengantar pemancing ini.
Menurut Hadi, saat ini hanya kapal kecil yang dapat ke laut. Itu pun harus hati-hati karena alur atau yang disebut warga dengan luluhan sangat sempit.
“Beberapa kapal nelayan kecil dapat ke laut, tapi mereka tidak leluasa, karena saat kembali dari laut harus menunggu air laut pasang,” tutur Hadi.
Para nelayan dengan kapal berbobot diatas 10 GT, kata Hadi, terpaksa harus bersabar sampai menunggu air laut pasang dalam, kalau pasang kecil atau pin dua (bahasa Banjar) kapal besar tidak dapat melintas di alur saat ini.
Editor : Agus Warsudi
di tanah laut kabupaten tanah laut tanah laut pendangkalan pendangkalan sungai kapal nelayan kampung nelayan kapal nelayan karam
Artikel Terkait