Ilustrasi Buaya Kuning di Kalimantan (Foto: Ilustrasi/Ist)

JAKARTA, iNews.id - Keberadaan buaya kuning di Kalimantan masih menjadi misteri. Konon buaya yang memiliki kesaktian ini menjadi sosok penjata suku Dayak Tunjung.

Dikisahkan, jika di suku Dayak kerap terjadi peperangan hingga perebutan kekuasaan. Hal itu juga dialami Suku Dayak Tunjung saat mendiami kawasan dataran rendah di Kalimantan Timur . 

Penduduk Dayak Tunjung rupanya hidup di sepanjang alur Sungai Enggelam yang bermuara ke Danau Melintang. Sayangnya, perang membuat mereka harus pindah. 

Mereka pun menempati Desa Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara. Kepala Desa Enggelam, Mong menceritakan jika nenek moyangnya berpindah-pindah lokasi sebelum menetap di Enggelam. 

“Nenek moyang kami sudah pindah beberapa kali sebelum mendiami Desa Enggelam untuk mencari tempat aman dari serbuan kelompok lain,” kata Mong. 

Kegelisahan rupanya masih menyelimuti suku Dayak Tunjung saat membangun desa. Mereka pun membangun titik pemantauan di setiap sisi sungai.

Saking hebatnya, lokasi keberadaan buaya kuning ini membuat orang-orang takut dan enggak menyerang Suku Dayak Tunjung. Konon, buaya ini tak bisa ditembus. Para penyerang pun putus asa hingga Desa Enggelam tetap aman. Lokasi buaya kuning berada di salah satu sudut sungai. Tampak tempat tersebut menjadi gerbang masuk ke desa. 

Hal aneh terlihat di lokasi tempat buaya itu tinggal. Ada tanah berupa pasir di tepi sungai tersebut. Sementara sedikit naik ke darat, ada batu besar yang sangat mencolok.

Orang terdahulu konon mengaku sempat melihat kemunculan buaya ini. Tak sedikit dari mereka yang mempercayai bahwa hewan ini merupakan mahluk gaib.

“Warga menamakan tempat ini sebagai Batu Berhala yang kemudian dijadikan simbol untuk memohon sesuatu,” kata Mong. 

Dianggap menolong dan melindungi desa dari ancaman penyerangan, warga kemudian menjadikan lokasi buaya kuning sebagai ritual untuk meminta dan memohon sesuatu. 

“Kalau mau membangun usaha, seperti membuka ladang, penduduk desa ke sini dengan membawa sesuatu seperti makanan kemudian memohon sesuatu. Permohonan harus disertai dengan nazar, jika berhasil atau sukses, harus kembali dengan memberikan sesuatu,” kata Mong.

Di lokasi buaya kuning banyak terlihat tongkat kayu ulin dengan ukiran khas Suku Dayak Tunjung. Rata-rata tingginya satu meter. Mong menjelaskan, dahulu setiap permohonan, selain membawa sesuatu sebagai niat tulus meminta, juga harus menancapkan kayu ulin di batu. Ulin tersebut kini menumpuk ke tengah, berdiri saling menumpuk. 

Penggunaan tongkat ulin sekarang sudah kurang dipilih sebagai syarat permohonan. Warga hanya membawa makanan atau sesuatu yang dijadikan persembahan dan ditaruh di sebuah meja kayu di atas batu tersebut.

Desa Enggelam terbagi menjadi beberapa dusun. Dusun utama yakni Dusun Mboyong. Dusun lainnya yang cukup ramai dihuni penduduk yakni Dusun Ketibeh.

Artikel ini telah tayang di Sindonews.com dengan judul "Kisah Buaya Kuning Penjaga dan Suku Dayak Tunjung"


Editor : Nani Suherni

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network