BANJARMASIN, iNews.id - Pegunungan Meratus menyimpan sejumlah kekayaan alam hingga misterinya. Di lokasi ini juga banyak pendulang masih berburu berlian yang tak ternilai harganya.
Diketahui jika pegunungan Meratus, terbentuk dari susunan kerak samudera atau ophiolite, yang terangkat ke permukaan sejak 200-150 juta tahun lalu. Di dalam perut pegunungan tersebut mengandung banyak batu mulia, intan atau permata.
Pegunungan yang sudah ditetapkan sebagai Geopark (Taman Bumi) Nasional pada tahun 2018 dan kini diajukan untuk menjadi UNESCO Global Geopark (UGGp) tersebut terbukti sudah memperlihatkan banyak batu mulia yang sangat berharga tersebut.
Salah satunya ditemukan di Pendulangan Intan Tradisional Cempaka, Desa Pumpung, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru.
Sejarah mencatat pada 26 Agustus 1965, di pendulangan Cempaka tersebut ditemukan intan atau permata seukuran telur burung merpati atau seberat 166,75 kerat. Intan yang ditemukan kelompok penambang atau pendulangan tradisional beranggotakan 43 orang itu diberikan kepada Presiden pertama RI Ir Soekarno dan diberi nama Intan Trisakti.
Saking fenomenalnya penemuan batu mulia itu, pemerintah pun membangun monumen untuk mengenang momen bersejarah itu sebagai bagian dari kekayaan Bumi Pertiwi. Kini, wilayah Pendulangan Intan Tradisional Cempaka tersebut kini ditetapkan menjadi salah satu situs Geopark Pegunungan Meratus.
Situs ini ditetapkan bersama 54 situs lainnya, yakni situs Geopark Meratus pada rute selatan. Situs Geopark Meratus rute selatan tersebut mengambil tagline "Sebuah Kilau Perjalanan dari Hutan Tropis menuju Intan".
Ada sebanyak 14 situs di rute selatan ini, yakni, Miniatur Hutan Hujan Tropis, Kampung Purun, Kampung Pejabat, Museum Lambung Mangkurat, Pusat Informasi Geopark, Taman Konservasi Anggrek.
Selanjutnya, Habitat Binatang Endemik, Batu Kulit Ular, Pesanggrahan Belanda, Pemandangan Puncak Tahura Sultan Adam, Mesjid Bambu Kiram, Monumen Legenda Pangeran Suryanata, Pertokoan Sasirangan, dan Pendulangan Intan Cempaka.
Badan Pengelola Geopark Pegunungan Meratus menetapkan kawasan Pendulangan Intan Tradisional Cempaka menjadi situs Geopark Meratus karena memiliki sejarah panjang serta terkait dengan budaya dan kearifan lokal.
Pendulangan Intan Tradisional Cempaka merupakan kawasan yang memadukan unsur budaya dan kearifan lokal masyarakat setempat dengan aktivitas penambangan intan yang dilakukan secara tradisional.
Penambangan intan di kawasan tersebut sudah dimulai sejak abad ke-9 Masehi atau sekitar tahun 800-an dan masih berlanjut hingga hari ini.
Daya tarik utama situs itu yakni perpaduan antara kebudayaan dan masyarakat lokal dalam aktivitas penambangan yang dilakukan secara tradisional, misalnya, prosesi ritual syukuran yang dilakukan warga ketika mendapatkan intan. Ritual ini menjadi kearifan lokal.
Ada beberapa pantangan yang dijaga, baik dalam bentuk sikap, perilaku, maupun tutur kata agar mendapatkan intan. Ritual lokal ini tidak hanya pada proses memperoleh intan, tapi juga dalam proses jual beli, baik antarpedagang lokal maupun pedagang asing.
Keberadaan intan di kawasan ini sangat erat kaitannya dengan proses pembentukan pegunungan Meratus sejak 200 juta tahun lalu. Proses terbentuknya intan terjadi pada kedalaman sekitar 200 kilometer di bawah permukaan Bumi.
Kemudian batuan intan mengalami pengangkatan ke permukaan bersama dengan pengangkatan pegunungan Meratus sekitar 22,5 juta tahun lalu.
Bertabur Intan
Penambangan di kawasan Pendulangan Intan Tradisional Cempaka hampir tidak pernah berhenti. Saat ini pendulang masih terus mendapatkan batu mulia.
Arkani salah satu penambang intan mengaku hampir setiap hari para pendulang menemukan batu mulia itu.
"Masih ada, terus ditemukan, dari yang kecil hingga cukup besar," ujarnya di lokasi pendulangan.
Akan tetapi memang tidak pernah lagi ada yang menemukan seperti Intan Trisakti. Pernah ada ditemukan intan terbesar kedua sekitar tahun 1985-an, beratnya sekitar 65 kerat diberi nama Si Galuh.
Intan terbesar kedua tersebut ditemukan di lubang yang sama ditemukannya Intan Trisakti. Penemuan intan-intan yang bernilai fantastis ini terus terjadi. Begitu pula intan-intan dengan ukuran kerat berbeda, juga terus ditemukan, seakan tidak ada habisnya di wilayah tersebut. Dari yang cukup besar antara 20-15 kerat hingga intan terkecil disebutnya intan hantakan.
Perhitungannya, berat lima kerat intan sama dengan satu gram emas. Namun, soal harga bisa melebihi harga emas, sebab warna intan bisa menaikkan harga jual batu mulia ini.
Menurut Arkani, intan merah merupakan yang paling mahal harganya. Namun yang sering ditemukan hanya intan warna putih terang dan warna kekuningan.
Menurut pengalamannya bertahun-tahun bergelut dalam pencarian intan di wilayah ini, ada 12 warna intan ditemukan di wilayah Pendulangan Intan Tradisional Cempaka ini. Disebutnya juga intan dari tanah Cempaka sama baiknya dengan intan Afrika, bahkan disebutkan lebih baik lagi.
Nama Desa Pumpung Cempaka sebagai daerah ditemukan batu mulia Intan Trisakti menggema hingga ke seluruh dunia. Hingga akhirnya daerah tersebut masuk menjadi tujuan wisata nasional yang sering dikunjungi turis mancanegara.
Untuk mendukung dan menambah pengetahuan para pelancong terhadap objek wisata yang sudah menjadi situs Geopark Meratus tersebut, Pemprov Kalsel dengan BP Geopark Meratus membangun museum pengetahuan di lokasi itu.
Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pendulangan Intan Tradisional Cempaka Desa Pumpung, Arkani, menyatakan warga Desa Pumpung mendukung ditetapkannya Pendulangan Intan Tradisional Cempaka sebagai situs Geopark Meratus. Pengembangan pariwisata daerah tersebut, yang merupakan bagian Situs Geopark Meratus, saat ini masih terus dilakukan agak kelak menjadi wisata kelas dunia.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait