JAKARTA, iNews.id - Lamaran dan prosesi pernikahan antara Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka Citraresmi kandas gegara Perang Bubat. Namun dikisahkan, jika Raja Majapahit itu akhirnya menikahi perempuan cantik dari Wengker.
Gajah Mada mencoba mempolitisasi pernikahan yang didasari dengan cinta itu berujung peristiwa memilukan. Peperangan berat sebelah ini mengakibatkan seluruh rombongan pengiring pengantin dari Kerajaan Sunda gugur.
Konon dari pejabat Sunda hingga pasukannya, termasuk sang raja hanya satu perwira yang berhasil melarikan diri yakni Pitar, karena berpura-pura gugur.
Sementara sang putri Sunda Dyah Pitaloka Citraresmi memilih mengakhiri hidupnya usai melihat ayah ibunya gugur di tangan pasukan Bhayangkara yang dikomandoi Gajah Mada. Dia tampak sedih dan terkejut usai Perang Bubat.
Pascaperang Bubat, sebagaimana dikutip dari "Tafsir Sejarah Nagarakretagama" dari Prof Slamet Muljana, Hayam Wuruk memang terlihat sedih. Dia merasa bersalah karena niatan menikahnya gagal terealisasi hingga membuat Dyah Pitaloka Citraresmi memilih bunuh diri.
Tetapi dikisahkan pada Pararaton sebagaimana tercantum pada buku yang ditulis Prof Slamet Muljana tersebut, Hayam Wuruk juga akhirnya menikah dengan seorang perempuan cantik. Perempuan cantik itu bernama Paduka Sori, putri Wijayarajasa dari Wengker.
Bahkan Pararaton mengisahkan Hayam Wuruk konon masih hidup selama 32 tahun usai Perang Bubat, hingga akhirnya mangkat atau meninggal dunia pada 1389. Menariknya konon hubungan antara Hayam Wuruk dan Gajah Mada tidak langsung renggang usai Perang Bubat.
Mahapatih Gajah Mada konon masih ikut mengiringi sang prabu Hayam Wuruk dalam perjalanannya keliling ke Lumajang pada tahun 1359, sebagaimana terdapat di pupuh 18/ 2 Kakawin Pararaton. Bahkan Gajah Mada dan Hayam Wuruk juga masih sama-sama ikut dalam perayaan serada tahun 1362 untuk memperingati wafatnya Sri Rajapatni atau Gayatri, yang merupakan nenek Hayam Wuruk.
Pada tahun 1364 Pararaton menyinggung mangkatnya Gajah Mada sebagaimana pada pupuh 71/1. Kakawin Pararaton pulalah yang mengisahkan Gajah Mada melakukan mukti palapa atau bisa dikatakan pemberhentian dari jabatannya.
Pemberhentian Gajah Mada dari patih amangkubhumi ini konon terjadi sesudah Perang Bubat. Prabu Hayam Wuruk tidak menyetujui politik Gajah Mada terhadap Sunda. Peristiwa ini yang disebut sejarawan Slamet Muljana sama sekali tidak disinggung pada Nagarakretagama.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait